Rabu, 07 April 2010

Profil Kabupaten Lamongan



Kabupaten Lamongan secara geografis terletak 651'54" - 723'06" Lintang Selatan dan 11233'45" - 11233'45" Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Lamongan di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gresik, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tuban dan Bojonegoro sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Jombang. Luas wilayah Kabupaten Lamongan 1.812,80 Km2 yang terbagi menjadi dua puluh enam kecamatan dengan Lamongan sebagai ibukota Kabupaten Lamongan.

Kabupaten ini merupakan salah satu penghasil beras terbesar di Jatim. Setiap tahun produksi beras lamongan mencapai rata-rata 441.000 ton. Konsumsi penduduk hanya 36 persen selebihnya dijual keluar daerah antara lain Surabaya, Malang, dan Madura. Peran 10 waduk yang tersebar di lamongan wilayah selatan ini turut memicu peningkatan produksi padi.

Disektor industri, Kabupaten Lamongan sedang mengembangkan industri pengolahan bahan baku ikan di kawasan sebelah utara. Sebagai penghasil ikan laut yang mencapai 38.915 ton, kabupaten yang memiliki bibir pantai sepanjang 47 kilometer ini baru mengolah 30 persen hasil tangkapannya menjadi tepung ikan. Selebihnya industri yang berbahan baku ikan masih terbuka lebar.

Lamongan juga berpredikat sebagai penghasil kapas terbesar di Jatim sekaligus menjadi pusat percontohan budi daya kapas di Indonesia. Tanaman jagung juga merupakan produk unggulan dari Lamongan. Tanaman jagung benih hibrida ini telah mencapai 75 persen dari areal tanaman jagung seluas 48.000 hektar.

Dari sektor perdagangan , berbagai hasil kerajinan, seperti kerajinan kayu, emas, perak, tembikar dan keramik, kulit dan anyam-anyaman tidak hanya mampu menembus Jatim tetapi juga pasar luar negeri.

Lamongan memiliki sejumlah obyek wisata menarik. Di daerah pantai terdapat obyek wisata Monumen Van der Wijck Waduk Gondang Pantai Tanjung Kodok dan Wisata Bahari Lamongan/Jatim Park-2. Gua Maharani terletak di Kecamatan Paciran, di tepi jalur utama pantura, merupakan gua kapur yang sangat indah. Tak jauh dari Gua Maharani, terdapat Makam Sunan Drajat dan Makam Sunan Sendang Duwur, yakni penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Kedua makam tersebut memiliki arsitektur yang sangat dipengaruhi oleh Majapahit. Di dekat kompleks makam terdapat Museum Sunan Drajat.


Sumber Data:
Jawa Timur Dalam Angka 2007
(01-9-2007)
BPS Propinsi Jawa Timur
Jl. Raya Kendangsari Industri 43-44, Surabaya
Telp (031) 8438873
Fax (031) 8494007



Sumber:

http://regionalinvestment.com/sipid/id/displayprofil.php?ia=3524


Sumber Gambar:

http://www.eastjava.com/tourism/lamongan/map/lamongan-map.png

Peta Lamongan


View Larger Map

Asal-usul Patih Gajah Mada Asli Lamongan Diteliti

Pemerintah Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, membentuk tim untuk penelusuran sejarah Gajah Mada. Tim diarahkan pada penggalian data menyangkut kemungkinan bahwa Maha Patih Majapahit yang dikenal dengan Sumpah Palapa itu berasal dari Lamongan.

Tim yang dibentuk oleh Bupati Masfuk dan mulai bekerja pekan ini diperkuat sejumlah budayawan. Pelaksana tugas Asisten Administrasi Lamongan, Aris Wibawa, kemarin mengatakan tim akan melakukan riset sejarah Gajah Mada di sejumlah museum di Surabaya, juga Trowulan, Mojokerto, dan beberapa tempat peninggalannya. 

Aris menyebutkan, dalam seminar dan rembuk budaya di Lamongan beberapa waktu lalu, dibahas keberadaan dan asal-usul Gajah Mada. Budayawan Lamongan Viddy A.D. Daery menyebutkan sejumlah cerita rakyat mengisahkan bahwa Gajah Mada adalah anak kelahiran Desa Mada (sekarang Kecamatan Modo, Lamongan). Di zaman Majapahit (1293-1527), wilayah Lamongan bernama Pamotan.

Berdasarkan cerita rakyat, Gajah Mada adalah anak Raja Majapahit secara tidak sah (istilahnya lembu peteng atau anak haram) dengan gadis cantik anak seorang demang (kepala desa) Kali Lanang. Anak yang dinamai Joko Modo atau jejaka dari Desa Mada itu diperkirakan lahir sekitar tahun 1300.

Kakek Gajah Mada, yang bernama Empu Mada, membawa Joko Modo ke Desa Cancing, Kecamatan Ngimbang. Wilayah yang lebih dekat dengan Biluluk, salah satu pakuwon di Pamotan, benteng Majapahit di wilayah utara. Sedangkan benteng utama berada di Pakuwon Tenggulun, Kecamatan Solokuro.

Salah satu bukti fisik bahwa Gajah Mada lahir di Lamongan ialah situs kuburan Ibunda Gajah Mada di Desa Ngimbang. Digambarkan, Joko Modo ketika itu berbadan tegap, jago kanuragan didikan Empu Mada. Di kemudian hari, dia diterima menjadi anggota Pasukan Bhayangkara (pasukan elite pengawal raja) di era Raja Jayanegara.

Ia menyelamatkan Jayanegara yang hendak dibunuh Ra Kuti, patih Majapahit. Gajah melarikan Jayanegara ke Desa Badander (sekarang masuk wilayah Bojonegoro) di wilayah Pamotan. Dari bukti-bukti itu, tim pelacakan Gajah Mada akan membuat dokumen. Tim akan bekerja sekitar enam bulan langsung di bawah pengarahan bupati.

SUJATMIKO


Sumber:
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/06/22/brk,20090622-183038,id.html
22 Juni 2009

Nama dan Sifat Orang Lamongan

Nama Lamongan berasal dari kata “Lamong” bahasa Jawa Kuno menjadi Lamongan, seperti Surabaya menjadi Surabayan, Madura menjadi Maduran, Sawah menjadi Sawahan, Semarang menjadi Semarangan, Tuban menjadi Tubanan dll. Lamong berarti gila, meraban, meracau, gila asmara, tergesa-gesa, tipis, tembus pandang, cepat, (ekstrem kan artinya?) menurut kamus bahasa Jawa. Lamong terdiri dari dua suku kata, yaitu “la” dan “among” bahasa Sansekerta (Jawa Kuno) yaitu la = panjang, sulit ; among = memelihara, menguasai, melindungi, membina, mengayomi. Tapi arti sesungguhnya adalah "sulit dikuasai"

Kata “Lamongan” banyak dipakai orang antara lain nama Plamongan di Semarang, Kali Lamong dan desa Lamongrejo di Kecamatan Ngimbang, dan ada Gunung Lamongan. Dengan penjelasan bahwa Gunung Lamongan ditempati makam salah seorang Tumenggung Lamongan yang anti Belanda, juga merupakan gunung berapi yang kawahnya selalu berpindah menjadi Ranu.
Sifat orang Lamongan mengutamakan kebersamaan, suka berjuang, ulet berkerja, agamis, terbuka, halus, perasaan, jujur, penuh tanggung jawab, dan petualang (bangga kan jadi orang Lamongan?). Namun, kadang kala kaku dan kasar bila tidak diajak musyawarah, suka merantau, berani membela sebuah kejujuran, tidak garang, dan suka membantu (ehem). Bahasa orang Lamongan adalah bahasa pesisir yang lugas penuh dialek Osing, Madura, Jawa Ngoko, diwarnai budaya Arek atau Bocah (Singosari atau Majapahit).

Orang Lamongan suka berjuang, hal ini dapat dibuktikan bahwa zaman Majapahit orang Lamongan banyak yang menjadi pasukan tempur Majapahit sejak kekuasaan komando Mahapatih Gaja Mada sebagai pasukan darat dan laut. Adipati Unus waktu menyerang Malaka 1513 M dibantu orang Lamongan yang dinamakan Pangeran Sabrang Lor yang kini makamnya berada di Banten. Perang melawan sekutu tanggal 10 November 1945 di Surabaya juga banyak orang Lamongan yang ambyur dalam perjuangan ini dalam laskar Hizbullah-Sabillilah. Tahun 1966 juga tidak sedikit andil perjuangan rakyat untuk ikut menumpas pemberontakan PKI dalam G.30S/PKI sampai ke akar-akarnya.

Sekarang tambah bangga kan menyandang gelar “warga Lamongan” ?


Sumber :
http://lamongan-kota.blogspot.com/

Kabupaten Lamongan


Kabupaten Lamongan merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur, yang luas wilayahnya mencapai 1.812,80 Km2, meliputi 27 kecamatan, dan penduduknya sekitar 1.393.131 jiwa. 

Lamongan memiliki sejumlah obyek wisata menarik, seperti; Monumen Van Der Wijck, Waduk Gondang, dan Pantai Tanjung Maharani dengan gua kapur yang sangat indah di Gua Maharani, serta Makam Sunan Drajat dan Sunan Duwur. Kedua makam itu memiliki arsitektur yang dipengaruhi arsitektur Majapahit. 

Pertanian merupakan sektor perekonomian yang dominan di Lamongan. Daerah pesisirnya merupakan kawasan nelayan dan tambak yang potensial. Selain itu ekonomi Lamongan juga ditopang jalur perdagangan. Dominasi sektor pertanian dalam nilai PDRB mencapai 44,53 persen, disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran 28,96 persen, dan sektor jasa-jasa. 

Hasil pertanian yang menonjol antara lain padi mencapai 719.309 ton, jagung 221.451 ton, ubi kayu 46.114 ton, kacang tanah 7.559 ton, kacang hijau 9.510 ton, dan kedelai 29.984 ton. Hasil buah-buahan dan sayuran masing-masing mencapai 6.246 ton dan 7.179 ton. Semua hasil pertanian itu terkonsentrasi di Kecamatan Kedungpring, Sukodadi, Turi, Solokuro, Sambeng, Brondong, Blubuk, Sukorame, Ngimbang, Kembangbahu, Sarirejo, dan Tikung. Dalam lima tahun terakhir hampir semua jenis tanaman sayur-sayuran mengalami penurunan produksi, sedangkan tanaman buah-buahan terjadi kecenderungan peningkatan produksi. 

Hasil perikanan daerah Lamongan adalah sebagai berikut; ikan sungai mencapai 942,27 ton, ikan rawa 734,27 ton, ikan kolam 795,52 ton, ikan tambak 2.241,87 ton, ikan waduk 406,16 ton, dan ikan tambak 23.216,65 ton. Produksi perikanan tersebut terkonsentrasi di Kecamatan Sekaran, Babat, Laren, Turi, Brondong, Deket, Glagah, dan Turi. 

Dengan melihat data di atas sebaiknya daerah Lamongan tetap mempertahankan klaster hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan. Tetapi ke depan perlu disertai upaya untuk terus mengembangkan industri hasil olahan pertanian dan perkebunan, serta memajukan usaha perdagangan. 


Sumber:
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kabupaten+Lamongan

Sumber Gambar:
http://adrenaline.ucsd.edu/HybridEnvironments/indonesia_trip/links/eastjava/pkab-lamongan.gif

Makam Sunan Drajat


Sejarah singkat 

Sunan Drajat bernama kecil Syari fuddin atau Raden Qosim putra Sunan Ampel yang terkenal cerdas. Setelah pelajaran Islam dikuasai, beliau me ngambil tempat di desa Drajat wilayah Kecamatan Paciran Kabupaten Daerah Tingkat II Lamongan sebagai pusat kegiatan dakwahnya sekitar abad XV dan XVI Masehi. Beliau memegang kendali keprajaan di wilayah perdikan Drajat sebagai otonom kerajaan Demak selama 36 tahun. 
Beliau sebagai Wali penyebar Islam yang terkenal sosiawan sangat memperhatikan nasib kaum fakir miskin, terle bih dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial baru memberikan ajaran. Motivasi lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran.

Usaha kearah itu menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk mengatur wilayahnya yang mempu nyai otonomi. Sebagai penghargaan atas keberhasilannya menyebarkan agama Islam dan usahanya menanggulangi kemiskinan dengan menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya, beliau memperoleh gelar Sunan Mayang Madu dari Raden Patah Sultan Demak I pada tahun saka 1442 atau 1520 Masehi.
Wewarah pengentasan kemiskinan Sunan Drajat kini terabadikan dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat. Secara lengkap makna filosofis ke tujuh sap tangga tersebut sebagai berikut :
  1. Memangun resep teyasing Sasomo (kita selalu membuat senang hati orang lain).
  2. Jroning suko kudu eling Ian waspodo (didalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada).
  3. Laksitaning subroto tan nyipto marang pringgo bayaning lampah. (dalam perjalanan untuk mencapai cita - cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan).
  4. Meper Hardaning Pancadriya(kita harus selalu menekan gelora nafsu - nafsu).
  5. Heneng - Hening - Henung(dalam keadaan diam kita akan mem peroleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita - cita luhur).
  6. Mulyo guno Panca Waktu(suatu kebahagiaan lahir bathin hanya bisa kita capai dengan sholat lima waktu).
  7. Menehono teken marang wong kang wuto, Menehono mangan marang wong kang luwe, Menehono busono marang wong kang wudo, Menehono ngiyup marang wongkang kodanan.

Menehono mangan marang wong kang luwe, Menehono busono marang wong kang wudo, Menehono ngiyup marang wongkang kodanan.  Maksudnya : 
Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masya rakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita.

Selain itu dalam sejarahnya Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang Wali pencipta tembang Mocopat yakni Pangkur. Sisa - sisa gamelan Singomeng koknya Sunan Drajat kini tersimpan di Musium Daerah. Untuk menghormati jasa - jasa Sunan Drajat sebagai seorang Wali penyebar agama Islam di wilayah Lamongan dan untuk melestarikan budaya serta benda banda bersejarah peninggalannya Sunan Drajat, keluarga dan para sahabatnya yang berjasa pada penyiaran agama Islam, Pemerintah Daerah Lamongan mendirikan Musium Daerah Sunan Drajat disebelah timur Makam. Musium ini telah diresmikan oleh Gubernur KDH Tingkat I Jawa Timur tanggal 1 maret 1992.

Upaya Bupati Lamongan R. Mohamad Faried, SH untuk menyelamatkan dan melestarikan warisan sejarah bangsa ini mendapat dukungan penuh Gubernur Jawa Timur dengan alokasi dana APBD I yaitu pada tahun 1992 dengan pemugaran Cungkup dan pembangu nan Gapura Paduraksa senilai Rp. 98 juta dan anggaran Rp. 100 juta 202 ribu untuk pembangunan kembali Masjid Sunan Drajat yang diresmikan oleh Menteri Penerangan RI tanggal 27 Juni 1993. Pada tahun 1993 I 1994 pembenahan dan pembangunan Situs Makam Sunan Drajat dilanjutkan dengan pembangunan pagar kayu berukir, renovasi paseban, bale rante serta Cungkup Sitinggil dengan dana APBD I Jawa Timur sebesar RP. 131 juta yang diresmikan Gubernur Jawa Timur M. Basofi Sudirman tanggal 14 Januari 1994.


Sumber:
http://wisatalamongan.com/index.php?idkonten=7

Lamongan Kembali Raih Otonomi Awards


Setelah sempat piala Otonomi Awards gagal diraih ditahun lalu, Kabupaten Lamongan tahun ini kembali raih piala yang diperuntukkan bagi daerah dengan program inovatif tersebut. Sehingga sampai sekarang, Lamongan sudah berhasil meraih delapan kali Otonomi Awards dari Jawa Pos Institue of Pro Otonomi (JPIP) tersebut.

Sementara terkait keberhasilan Lamongan kembali raih Otonomi Awards untuk dua kategori yakni Daerah Dengan Terobosan Paling Menonjol Bidang Pembangunan Ekonomi (grand kategori) dan Daerah Dengan Terobosan Inovatif Bidang Pemerataan Ekonomi (kategori khusus), Masfuk juga sampaikan komentarnya. Menurutnya, dia hanya menerima piala tersebut. Sedang keberhasilan yang diraih itu adalah keberhasilan seluruh masyarakat Lamongan.

 “Piala Otonomi Awards yang saya terima semalam (Kamis, 28/5) adalah wujud dari kerja keras semua masyarakat Lamongan. Dengan diraihnya piala tersebut juga menunjukkan kinerja dan prestasi Lamongan semakin diakui, “ ujar dia.

Selain itu, dari 13 bidang yang dijadikan tolak ukur penilaian dalam Otonomi Awards,  Lamongan juga terima beberapa nominasi lainnya. Yakni, Pelayanan Kesehatan (Region In an Inovative Breakthrough on Health Service) Pelayanan Administrasi Dasar ( Region in an Inovative Breakthrough on Administrative Service) dan Kinerja DPRD. Kemudian Partisipasi Publik dan Pengentasan Kemiskinan (Region in a Leading Commitment on Poverty Alleviation) serta Pemberdayaan Ekonomi Lokal (Region In an Inovative on Local Economic Empowerment).



Sumber:

http://www.lamongan.net/berita/lamongan-kembali-raih-otonomi-awards.html

29 Mei 2009